Kenapa masa depan menyimpan misteri, karena disanalah kita belajar merencanakan, berikhtiar, berharap, cemas dan ujungnya KehendakNya lah yang menentukan

Jumat, 21 Februari 2014

21/02/2014

Dear Diary,

The dream. At present, It have been seen in front of eye. Met with someone who be a waited the presence all this time. Certainly, always keep trying with all of self improvement. Expect, so do him. Doing the same thing. I ever written, about him with beauty couplet on my poetry. I know, It is prayer. Prayer which I pack on the philogy deliberately, in order to Allah don’t assume that I am greedy.

 

Expectation. Allah, it’s really come true now. You arrange a meeting, a day where we know each other deeply. Who knows, Actually i am still very afraid for dive into this life more inside.  Dedicate for reach eternal life. Bismillah,  I believe when it’s only addressed for You, all will be well. (Eka)

 


Bismillah, 2019 menjadi GM Berita Mass Media

Dalam dunia modern kini, pers ternyata menempati posisi sangat penting, antara lain dapat membentuk opini umat. Bahkan sering dikatakan bahwa siapa menguasai pers, berarti dapat menguasai dunia. Kalau yang menguasai pers itu orang mukmin, yang benar-benar faham akan dakwah dan memang merupakan da'i (dalam arti luas), maka pers yang diterbitkannya tentu tidak akan menurunkan tulisan-tulisan yang merugikan Islam, memojokkan kaum muslim atau menyakitkan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam. Tetapi kenyataan membuktikan, di dunia ini tak sedikit pers yang menurunkan aneka bentuk tulisan yang substansi isinya bukan hanya memojokkan Islam dan menyakitkan hati kaum mu'min serta melecehkan Al-Qur'an, tetapi lebih lagi dari hanya sekedar itu. Dan keadaan bisa bertambah buruk lagi, kalau para pemimpin umat Islam bukannya memihak Islam, tetapi justru memihak dan membela musuh-musuh Allah subhanahu wata’alaNa'udzu billaah min dzaalik! 

Dahulu, para penjajah menyerang kaum Muslimin dengan senjata bom, meriam dan peluru, dan serangan itu hingga kini sebetulnya masih tetap berlangsung. Hanya yang dijadikan sasaran bukan lagi jasmani, tetapi aqidah ummat Islam. Salah satu tujuannya ialah bagaimana agar fikrah (ideologi) atau 'aqidah umat Islam rusak. Tujuan paling akhir ialah bagaimana agar Islam dan umat Islam berhasil dihabisi riwayatnya dari bumi Allah subhanahu wata’alaini. Serangan inilah yang disebut ghazwul fikr. Dan senjata yang dipergunakan bukan lagi bom atau peluru tetapi surat kabar, majalah, radio, televisi dan media-media massa lainnya, baik cetak maupun elektronik, baik yang sederhana maupun yang super canggih. Untuk mengantisipasi atau mengimbangi serbuan ghazwul fikr (perang ideologi) itu, umat Islam antara lain harus mempunyai pers yang tangguh, yang dikelola oleh para ulama dan jurnalis muslim yang betul-betul faham Islam secara benar; dengan peralatan dan sarana teknologi yang memadai dan mampu menampilkan tulisan dan berita yang benar serta baik secara menarik dan bijaksana. 

Bismillah, tahun 2019 Eka menjadi General Manager Berita pada media massa no 1 di Indonesia. 21/02/2014 (Eka)

Selasa, 11 Februari 2014

3G (Gara-Gara Gigi) Part 4

Mungkin kisah ini sudah terlupa. Tertelan oleh aktivitas lain yang sebenarnya fatamorgana. Namun aku ingin tetap mencoba menuliskannya. Kalimat “to be continue” dalam part sebelumnya menjadikan suatu tantangan bagiku. Menyelesaikan sesuatu yang sebenarnya sudah selesai. Membingungkan mungkin, ha ha. Lupakan, itu hanya intermezo. 

Gigi, gigi dan gigi. Pada part sebelumnya aku menceritakan bahwa nasib terakhir gigiku adalah mati. Dicabut merupakan solusi. Iya, keesokan harinya aku kembali ke drg Rofi. Dokter yang sengaja kutemui untuk menyambung silaturahmi. Hee, apa ? silaturahmi. Alasan konyol yang mudah ditebak oleh anak usia dini. Misi. Ya, ada misi tersembunyi. Itu pasti. 

Ayolah gan, kembali ke topik utama. Kita membahas gigi, bukan misi. Aku menemui beliau ditemani oleh dengan mbak Zhila. Dokter muda yang menanganiku kemarin. Kali ini dia berpura-pura menjadi kakak yang menemaniku. Menjelaskan bahwa cabut merupakan solusi terbaik bagi gigiku. Ayolah dok, nyatakan bahwa gigiku masih bisa dirawat. Ayo, ku mohon. 

“Kita cek dulu ya?”. Tanpa menunggu aba-aba, aku besegera ke kursi panasnya. Singkat, cepat. Detik menentukan masa. Ha ha, istilah yang alay untuk aku gunakan. Namun kurasa hanya itu analogi yang tepat sekarang. Bagaimana tidak, Beliau hanya melihat gigiku dalam hitungan detik, dan akhirnya membuat keputusan yang akan mempengaruhi masa depanku. 

“Ya mbak, harus dicabut ya giginya. Bahaya kalau harus dipertahankan. Kemungkinan gagalnya juga besar. Tapi tenang, tidak hari ini. Masih terlihat infeksi karena baru selesai insisi. Saya kasih obat dulu, pekan depan kesini ya” papar beliau sambil melihat foto rontgennya. 

Eka, plis tersenyumlah. Kehilangan gigi bukan akhir segalanya. Ya, memang bukan akhir segalanya. Justru itu permulaan segalanya. Permulaan untuk menderita. Aku menghakimi diriku sendiri. Tubuhku seolah hilang pijakan. Terbang. Melayang..... (to be continued). 11/02/2014 (Eka)

Senin, 10 Februari 2014

Bahaya (sering) Tertawa

assalamualaikum..

Allah telah menciptakan tertawa, sebagaimana firmanNya:

وَأَنه ُُهوَ أَضحكَ وَأَبكى
 
"Dialah dzat Allah yang menciptakan tertawa dan menangis"
Memperbanyak ketawa adalah sifat tercela sebagaimana sabda Nabi:

وَالَّذِي نَفْسِي ِبيَدِهِ لَوْتَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا
"Demi Dzat yang diriku berada di tanganNya seandainya kalian mengetahui seperti apa yang aku ketahui, niscaya kalian pasti akan sedikit tertawa dan banyak menangis ".

Jika ia berupa senyuman maka diperbolehkan menurut kesepekatan para ulama bahkan hal itu pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam juga menganjurkannya sebagaimana terdapat dalam hadits Abdullah bin al Harits yang mengatakan, ”Tertawanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya sekedar senyum." (HR. Tirmidzi) Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah.” (HR. Tirmidzi).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Jangan sering tertawa karena seringnya tertawa itu mematikan hati." Tsabit al Bananiy mengatakan, ”Tertawanya seorang mukmin adalah bagian dari kelalaiannya yaitu kelalaian terhadap perkara akherat dan jika dirinya tidak lalai maka tidaklah ia tertawa.”
  
Terkadang tertawa menyebabkan kekufuran apabila tertawanya untuk mengejek apa-apa yang diturunkan Allah atau sunnah Rasulullah.
Tidak diperbolehkan berbohong untuk ditertawakan oleh orang lain, halini sebagaimana dijelaskan Rasulullah:

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبَ لِيَضْحَكَ بِهِ اْلقَوْمُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
"Celaka bagi orang yang berkata kemudian berbohong supaya orang-orang tertawa, maka celaka baginya, maka celaka baginya".
Bercanda adalah perkataan yang dimaksudkan untuk melapangkan dada, dan tidak sampai menyakiti, bila menyakiti maka berubah menjadi mengejek.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang yang bersenda gurau:

  • Hendaknya senda gurau dilakukan pada waktunya yang sesuai.
  • Tidak tenggelam dan terlewat batas
  • Tidak berbicara dengan perkataan yang buruk.
  • Tidak bersenda gurau dengan memperolok-olok agama.
  • Tidak bersenda gurau dengan orang-orang yang bodoh.
  • Hendaknya menjaga perasaaan orang lain.
  • Bersanda gurau dengan orang yang lebih tua dan alim dengan sesuatu yang pantas.
  • Tidak terbuai sampai tertawa terbahak-bahak.
  • Tidak memudharatkan diri sendiri
        
Kita ketahui bahwa banyak tertawa dapat menumpulkan hati. Dan Bahaya yang dapat menimpa setelah hati tumpul adalah hilangnya kepekaan terhadap masalah-masalah yang mendasar, hakiki. Kita lalu lebih melihat kepentingan diri sendiri ketimbang hak orang lain yang justru menjadi kewajiban kita. Seiring dengan itu, anggapan kita yang bertalian dengan dosa dan maksiat menjadi lebih longgar. Kita cenderung melecehkan dosa, memandang enteng dosa besar karena sudah umum dilakukan orang. Dosa kecil sudah di masukkan dalam lajur “mubah” karena sudah “membudaya”; dan pada gilirannya kita merasa lucu terhadap orang yang sibuk dengan ibadah dan soal-soal keakhiratan. Sifat-sifat burukpun ber lomba memasuki hati, pikiran dan setiap celah dan ruang dalam batin kita. Kita jadi egois, pongah , serakah, dan pendengki. Dan ketika itulah mata batin kita buta, tidak lagi dapat menatap keindahan kehidupan rohaniyah yang indah kemilau itu. 
 
Maka dari itu janganlah terlalu banyak tertawa agar kita terhindar dari hal-hal tersebut. Dan jangan juga tertawa hingga menimbulkan ketidaksukaan orang lain terhadap tertawa kita. hindari tertawa yang dapat menimbulkan permusuhan atau perkelahian. Sedikit tertawa dan banyaklah Menagis. 

Abu Laits berkata : "Awaslah kamu dari ketawa berlebih-lebihan karena ketawa mengandungi 8 bahaya :-

  1. Tercela oleh ulama' dan orang yang sopan sempurna akal.
  2. Memberanikan orang bodoh kepadamu.
  3. Jika engkau bodoh nescaya bertambah kebodohan mu dan bila engkau alim berkurang ilmu mu sebab ada riwayat : "seorang alim jika ketawa berarti telah memuntahkan ilmunya."
  4. Melupakan dosa-dosa yang lampau.
  5. Memberanikan membuat dosa di masa depan kerana bila ketawa terbahak membekukan hati mu.
  6. Melupakan mati dan akhirat.
  7. Engkau menanggung dosa orang yang ketawa karena ketawa mu.
  8. Ketawa terbahak-bahak itu menyebabkan banyak menangis di akhirat

Sumber;
http://al-atsariyyah.com/banyak-tertawa-mematikan-hati.html;
http://cahaya-akhir-zaman.blogspot.com/2012/02/bahaya-terlalu-banyak-tertawa.html

Bismillah, 2014 Terbit "PELANGI UNTUK MUTIARA"

Bismillah, insyaAllah akan segera terbit di tahun 2014 ini novel saya "PELANGI UNTUK MUTIARA". Spesial saya berikan untuk adik terakhir saya (insyaAllah), Claudya Riski Anugrah. Nama yang murni saya berikan untuknya ketika dia lahir tanggal 14-07-2007 pada saat saya duduk di bangku SMP. Sederhana memang. Claudya yang saya ambil dari kata "cloud" yang berarti awan. Berharap dia akan mempunyai hati yang suci, bersih, putih seperti awan. Riski yang berarti rezeki. Berharap dia nanti akan memberikan rezeki dunia akhirat bagi agama dan keluarga. Serta anugrah yang berarti ucapan syukur saya kepadaNya atas anugrah yang Dia berikan. Teringat saat itu, ibu saya benar-benar dihadapkan dalam satu pilihan-yang menurutku itu bukanlah pilihan. Namun sebuah keputusan. Bagaimana bisa dikatakan suatu pilihan, saat alternatif yang diberikan sama sekali tak memberikan keselamatan. Ada tumor pada rahim beliau. Pilihannya adalah menggugurkan claudya atau tetap bertahan dengan resiko nyawa dan dya (panggilan; claudya) terlahir cacat. Dan beliau lebih memilih merelakan nyawanya daripada harus membunuh Dya. Subhanllah, ibu. Dengan berbagai caranya berusaha untuk bertahan. Ibuku, yang notabene bukan seorang yang ahli agama mencoba untuk menghargai pemberianNya. Dan kini, Dia telah menganugrahkan Dya pada keluarga kami. Tumor berhasil diangkat, ibu dapat terselamatkan dan kini Claudya telah berumur 5 tahun. Menjadi anak yang cantik, cerdas dan shalihah (insyaAllah).  Bismillah, akhir tahun 2014 akan terbit novel Pelangi untuk MUTIARA. 10/02/2014 (Eka)

Kamis, 06 Februari 2014

Kilauan Mutiara, Selamat Tinggal

Mencoba untuk mengabadikan momen-momen berharga ketika kita bersama. Entahlah, apa yang menggerakkan hati ini untuk kembali mengenang masa-masa itu. Jika mau diakui dengan jujur, hati ini sudah enggan untuk merasa. Mengingat. Atau lebih condong mengenangnya. Lagi-lagi, aku terlalu takut kehilangan. Sehingga aku ingin melupakan semua. Melupakan awal dimana kita berjumpa. Perjumpaan yang sama sekali tak kita harapkan kehadirannya. Perjumpaan yang selalu mempunyai kilas balik menyedihkan, yakni perpisahan. Bahkan, aku sama sekali tak mengingat kapan terakhir aku menyapa kalian. Sapaan yang mungkin tak kalian harapkan. Ketakutan Itu terus saja menghinggapiku. Membuat kubangan dalam hatiku. Dimana aku sama sekali tak tahu bagaimana menutupnya. Mungkin benar, seharusnya aku mengucapkan kalimat itu pada kalian. SELAMAT TINGGAL. Setidaknya itu lebih sopan . Biarlah waktu yang akan menjawab semua. Mengabadikan kenangan yang aku tak tahu sampai kapan otak ini terus sanggup merekamnya.

Kawan, pernah kita bersua bersama. Memikirkan, merumuskan dan mengelola. Dimana banyak sekali muncul pergolakan. Pergolakan yang hanya menghasilkan dua keputusan yakni keluar atau bertahan. Tangisan itu, aku sangat mengingatnya. Tersayat. Teriris. Dan luka. Namun ternyata itulah yang menjadi rasa. Rasa yang bermakna. Rasa yang akan terus mengalir menjadi satu balutan jiwa.  Dan menjadi pembelajaran berharga bagi generasi selanjutnya.

Kawan, senyuman itu. Senyuman yang selalu kuharapkan saat kita bertemu setiap minggu. Terlepas dari kerelaan atau keterpaksaan, aku mencoba membalasnya. Menyembunyikan luka. Ketidaksangupan yang terkemas oleh tuntutan. Terlalu berat untuk menggambarkannya dalam sebuah analogi kehidupan. Tempaan, kekuatan dan harapan. Hingga sampai detik ini, diiringi nyanyian malam aku baru sanggup mengatakan. AKU BENAR-BENAR MENCINTAI KALIAN.

-RKIMERS 2013-

06/02/2014 (Eka)