Kenapa masa depan menyimpan misteri, karena disanalah kita belajar merencanakan, berikhtiar, berharap, cemas dan ujungnya KehendakNya lah yang menentukan

Selasa, 11 Februari 2014

3G (Gara-Gara Gigi) Part 4

Mungkin kisah ini sudah terlupa. Tertelan oleh aktivitas lain yang sebenarnya fatamorgana. Namun aku ingin tetap mencoba menuliskannya. Kalimat “to be continue” dalam part sebelumnya menjadikan suatu tantangan bagiku. Menyelesaikan sesuatu yang sebenarnya sudah selesai. Membingungkan mungkin, ha ha. Lupakan, itu hanya intermezo. 

Gigi, gigi dan gigi. Pada part sebelumnya aku menceritakan bahwa nasib terakhir gigiku adalah mati. Dicabut merupakan solusi. Iya, keesokan harinya aku kembali ke drg Rofi. Dokter yang sengaja kutemui untuk menyambung silaturahmi. Hee, apa ? silaturahmi. Alasan konyol yang mudah ditebak oleh anak usia dini. Misi. Ya, ada misi tersembunyi. Itu pasti. 

Ayolah gan, kembali ke topik utama. Kita membahas gigi, bukan misi. Aku menemui beliau ditemani oleh dengan mbak Zhila. Dokter muda yang menanganiku kemarin. Kali ini dia berpura-pura menjadi kakak yang menemaniku. Menjelaskan bahwa cabut merupakan solusi terbaik bagi gigiku. Ayolah dok, nyatakan bahwa gigiku masih bisa dirawat. Ayo, ku mohon. 

“Kita cek dulu ya?”. Tanpa menunggu aba-aba, aku besegera ke kursi panasnya. Singkat, cepat. Detik menentukan masa. Ha ha, istilah yang alay untuk aku gunakan. Namun kurasa hanya itu analogi yang tepat sekarang. Bagaimana tidak, Beliau hanya melihat gigiku dalam hitungan detik, dan akhirnya membuat keputusan yang akan mempengaruhi masa depanku. 

“Ya mbak, harus dicabut ya giginya. Bahaya kalau harus dipertahankan. Kemungkinan gagalnya juga besar. Tapi tenang, tidak hari ini. Masih terlihat infeksi karena baru selesai insisi. Saya kasih obat dulu, pekan depan kesini ya” papar beliau sambil melihat foto rontgennya. 

Eka, plis tersenyumlah. Kehilangan gigi bukan akhir segalanya. Ya, memang bukan akhir segalanya. Justru itu permulaan segalanya. Permulaan untuk menderita. Aku menghakimi diriku sendiri. Tubuhku seolah hilang pijakan. Terbang. Melayang..... (to be continued). 11/02/2014 (Eka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar