Kenapa masa depan menyimpan misteri, karena disanalah kita belajar merencanakan, berikhtiar, berharap, cemas dan ujungnya KehendakNya lah yang menentukan

Rabu, 16 Juli 2014

Selangkah lagi

Ups, apa maksud catatan kali ini? Apa maksud dari kata “selangkah lagi”? Sebenarnya judul diatas hanya motivasi agar membuatku tenang. Semuanya seolah hanya kuserahkan padaNya. Aku telah mengambil jalan ini, menikah. Amanah bukan semakin berkurang, tapi bertambah. Diri ini sudah mulai harus terbagi karena sudah ada suami yang harus didampingi dan tentunya si-debay. 
Bingung juga sebenarnya, ada satu harapan yang belum terwujud. Mengambil S2 di tahun 2015. Harusnya sekarang udah prepare-prepare gitu, mulai cari jaringan, de el el . Tapi mau gimana lagi. Allah udah kasih amanah, automatically harus dilaksanakan.
Untuk awalan emang keteteran banget. Gimana nggak coba? Nikah akhir maret, april-juni masih harus mondar-mandir tiap minggu malang-madiun karena status mahasiswa S1 belum kelar, kerjaan di vokasi nangani krucil-krucil imuut - uuppss (red:mahasiswa vokasi) belum selesai, LPJan Brevet FIA- IKPI juga ditunggu banyak orang. Rasanya kepala mau pecah. Dari awal ta’aruf (Pertengahan februari) sebenarnya neuron otak juga udah ruwet gara-gara nyiapin weeding sendiri. Hahahha- boleh lah bangga dikit. He he
Kirain habis nikah, sedikit longgar. Ternyata masih banyak hal yang harus diselesaikan. Well to the well well well (niru gaya princesses). Mulai deh aku mundur satu demi satu. Nata diri lagi. Jadi ibu rumah tangga itu gampang-gampang susah soalnya. Apalagi suami aktivis dan pendaki. Siap-siap aja sering ditinggal sendiri, fu fu fu. Juni Alhamdulillah, time to say good bye buat Malang. Semua udah selesai. Okeeey Madiun, Im coming.
Bulan Juli, masuk Ramadhan masih harus banyak atur diri. Kayaknya perlu masuk jurusan manajemen nih. Tapi berhubung jurusan manajemen diri gak ada, jadinya harus tetep bangga deh jadi mahasiswa administrasi. Juli adalah awal semua aku merapikan kegiatan. Mulai jadi ibu rumah tangga yang tiap pagi harus nyiapin sarapan, bersih-bersih rumah, nyiapin pakaian dan tas kerja suami, nyuci baju dan nyetrika-in suami. Hufft. Habis itu jeda bentar, latihan TOEFL dan prepare S2, nulis novel yang harus publish tahun ini. Lhaahhh, kalau udah capek bobok bentar lanjut ngurusin bisnis keluarga. Kalau pas suami rehat kita bisa syuro’ bareng , tapi kalau suami repot sama urusan kantor, kolam dan petaninya – yaah bisanya cuma tarik nafas dalam-dalam. Jadi isti yang pengertian lah. Ho ho. Sorenya masak lagi dan nyiapin keperluannya suami buat kuliah. Habis suami berangkat kuliah, bisa rehat lagi lahh. Liat-liat gossip atau sinetron gitu. Terus malemnya, this time just for you (Gak perlu dijelasin lah)
Kalau agenda pekanan/ weekend biasanya ngisi halaqah (ngaji bareng), terus malamnya ke rumah ibu di magetan buat silaturahim. Kewajiban anak dan seorang kakak buat nengokin adik-adiknya gak boleh dilupain lah. Biasanya kalau minggu kan suami libur kerja, sering banget diajak rekreasi gitu sama beliau. Ke mall beli keperluan rumah tangga yang udah abis atau wisata-wisata lain gitu, lebih sering wisata alam. Kalau gak kesana, biasanya diajak ngisi trainer atau agenda-agenda da’awi di Kota. Katanya sih kalau gak didampingi istri gimana gitu. He he, maklum pengantin baru.
Eh yaa, kemarin Alhamdulillah udah dapet guru baru disini (red:murabbi). Namanya ustadzah tiiiiiiiittttt *sensor. Beliau aktivis juga, sama kayak aku. Setidaknya kita punya kesamaan pemikirian. April-mei aku masih ngaji, ya meskipun harus pulang pergi madiun-malang. Juni-juli aku vacuum. Soalnya udah dinyatain positif hamil, jadi udah jaga-jaga buat perjalanan jauh. Rasanya ruh keriiiiiing banget. Dan kini penantianku sudah usai. Kini aku sudah bisa ngaji lagi. Yeaah, rasanya kayak nemu oase di padang pasir. Beliau adalah ketua kemuslimahan (red:salimah) P*S. Hehe. Seneng deh dapet guru kereen, ummahat dan aktivis lagi. Dan kemarin juga ditawari buat bantu ngelola SDIT di Kab.Madiun. Alhamdulillah, InsyaAllah petualangan dakwah di medan baru akan dimulai. Terimakasih Ya Allah.
Kini usia pernikahanku 3 bulan 21 hari dan usia kandungan udah mau 12 minggu. Debay juga gak rewel. Gak ada tuh yang namanya ngarasain morning sickness, mual, muntah, pusing, sakit sana sini lah. Hehe, jadi kayak gak hamil gitu. Seneng rasanya. Bener tinggal selangkah lagi. 16/07/2014 (Eka)

Selasa, 15 Juli 2014

Kehamilan Part 1

Kali ini aku akan membagikan suatu cerita. Tentang awal mula kehamilanku. Ya, mungkin sudah cukup terlambat. Ingin sih memulai cerita dari awal kehamilan. Tentang apa yang aku rasakan. Tak apalah. Sekarang kondisi janinku sudah berumur  6 minggu menuju ke 7 minggu. Seneng rasanya menjadi seorang ibu. Takut iya, bangga iya. Pokoknya campur deh. Haru bahagia jadi satu. Karena awalnya aku emang pengen segera punya dedek. Orientasi awal bukan karena Allah sih, tapi karena aku pengen segera menyelesaikan targetan-targetan hidupku selanjutnya. Yah, minimal aku udah kasih kebahagiaan buat suami lah.
Tapi sekarang pola pikirku berubah. Berkat seseorang. Uppss, salah. Maksud aku berkat Allah yang disampaikan melalui seseorang. Kini aku gak takut lagi jadi ibu. Bahkan aku sangaaaaat menikmati. Sakit tentulah. Tapi sekali lagi nikmatilah!!!. Buat apa sih wanita diciptakan kalau bukan untuk membentuk khilafah-khilafah di muka bumi. Allah, termakasih. Kini aku benar-benar bersyukur artas nikmatMu yang sampai sekarang masih Kau karuniakan kepadaku. Berbagai banyak kemudahan yang kurasakan sampai detik ini. Ingin rasanya aku menceritakan berbagai macam kondisi yang terjadi yang memang sengaja Allah skenariokan untukku. Sekali lagi prinsip yang aku tanamkan dalam hidupku adalah “Saat engkau merasa bahwa dirimu tak bisa, pikirkan bahwa orang di sekitarmu juga mengalami hal yang sama “ketidakbisaan”. Sekarang pilihannya adalah kamu ingin menjadi seperti mereka atau menunjukkan kepada semua kalau kamu memang berbeda”. Biarkan orang lain menilai kamu sempurna meskipun pada hakikatnya kamu sama. JANGAN PERNAH TUNJUKKAN KEKURANGANMU, MESKIPUN PADA KENYATAANNYA DIRIMU TAK LEBIH BAIK DARI MEREKA. Satu pembelajaran lagi yang kudapat hari ini. Bahwa TUBUHMU MENYESUAIKAN APA YANG ADA PADA PIKIRANMU.


Okee, sampai jumpa di tulisan selanjutnya. 15/07/2014 (Eka)




Kamis, 10 Juli 2014

Sahabat Inspirasiku

Kali ini, aku akan bercerita tentang salah seorang yang juga menginspirasiku. Gak papa ya nulisin tentang dia. Siapa tau bisa naikkin semangatku yang lagi turun bangeeet. Lagi dapet zona nyaman soalnya. Jadi kapasitasku kayak turun banget gitu. Hu Hu ……

Apa ya kelebihannya? Entahlah. Hemmm, kita nulis bebas aja ya. Dia salah satu etoser juga, sama kayak aku. Pertama kali kenal saat Temu Etos Nasional di Jogja. Tapi saat itu aku belum berani menyapa. Yaaa, mungkin karena kita dulu terpaku oleh yang namanya persaingan antar daerah. Gadis ini, maniiiiisss. Ambil psikologi di UI.
Knapa ya aku mau nulis tentang dia? Yak karena dia salah seorang inspiratorku juga. Aku lebih mengenal dia saat kita jadi panitia nasional bareng di Semarang. Dia cepet akrab sama siapapun. Dia peka terhadap situasi. Dan dia juga pantang mengeluh. Itu yang aku tahu dari sosok Renita Putri Maharani. Pendiam, tapi banyak menyimpan potensi. Ya, kita tahu ilmu padi lah “Makn berisi makin merunduk”. Seneng deh liatnya. Good Luck Rere, sampai jumpa di puncak kesuksesan. Moga aku bisa niru apa-apa yang baik darimu J

Rabu, 09 Juli 2014

Bapak Pembelajarku

Aku, aku adalah salah satu dari puluhan, ratusan atau mungkin ribuan orang egois di muka bumi ini. Bagaimana tidak, aku selalu saja opportunis -  mencari sisi profitable dari setiap kejadian. Hingga pada akhirnya Allah mempertemukanku dengan orang-orang hebat di Kampus Perjuangan. Kampus Biru, Universitas Brawijaya.
Allah telah mempertemukanku dengan sosok-sosok hebat yang rela berkorban apapun. Membangun Sifat itsar (mengutamakan orang lain) dan mementingan konsep amal jama’i (bekerja bersama). Pernah suatu saat aku ditanya oleh seorang supervisor asrama tentang pembelajaran berharga yang telah kudapat dari keluarga “baru”ku disini. Bagaimana tidak kusebut dengan baru ? Aku mengalami perubahan yang hebat terkait pola hidupku selama di SMA.
Dan tahukah kalian apa yang kudapat dan sampai sekarang terus ku kenang? Yaitu tentang “PENGORBANAN”
Ups, sudah cukup. Aku selalu hebat dalam memberikan muqodimah dalam setiap tulisanku. Langsung saja ke point yang ingin kutuliskan disini. Aku akan menceritakan tentang seorang sosok hebat yang kutemukan dalam kampus biru-ku. Menjadi salah satu bapak pembelajar dalam hidupku. Cita-citanya yang kuat, kata-katanya yang bijak, sosoknya yang arif, dan banyak hal-hal positif lainnya membuatku takkan pernah bisa melupakan keberadaannya dalam hidupku. Beliau yang selalu memberikan wejangan-wejangan hebat dalam setiap kekanak-kanakanku, beliau yang selalu meluruskan dalam setiap ketidaktepatan tindakanku dan beliau juga yang memberikan tentang makna kehidupan untuk bersinergi selalu.

Dedi Cahyadi, kau akan terus menjadi bapak pembelajaran yang akan ku abadikan melalu tulisan ini. Kalau Indonesia punya Bpk. Moh.Hatta, aku akan bangga menyampaikan bahwa aku punya engkau. Dan aku bangga pernah menjadi bagian dari cerita hidupmu di kampus biru. Semoga langkah-langkah keberkahan dariNya terus menyertai setiap titik perjuangamu. 10/07/2014 (Eka)