Kenapa masa depan menyimpan misteri, karena disanalah kita belajar merencanakan, berikhtiar, berharap, cemas dan ujungnya KehendakNya lah yang menentukan

Sabtu, 23 Juli 2016

Penegak Hukum Namun Tak Tepati Hukum

Hari ini mau cerita pengalaman seru tapi rada menakutkan. Hihi. Jadi, ini baru kali pertama saya dikeroyok polisi. Kalau suami mah uda sering banget. Ga keitung pokoknya. Digebukin aja pernah. Dikejar kejar, bahkan ditahan. Katanya bukan mahasiswa kalau belum pernah bersuara- terlepas apapun hasilnya. Lhah saya?, otomatis langsung keringat dingin. Meskipun begitu, saya tetap pasang muka sok manis. Let it flow. 
Huft, hari ini kami (saya, suami dan si shayma) diskusi keren sama pak polisi. Kami yang cuma bertiga dicerca abis abisan pake mulut tajem mereka. Eits, kalau kami yang salah sih ga masalah
.Tapi kasus ini sebaliknya.
Ceritanya, kami habis pulang dari rumah ibu saya yang di maospati. Di tengah teriknya panas, tetiba kami distop sama kurang lebih 9 pak polisi keren. Cakep, berseragam rapi dan pasang muka garang  garang berkharisma gitu. Hadeew, tapi dari dulu saya ga ada simpati simpatinya gitu sama mereka. Ga tau ya. Malah ilfeel banget. Jauh jauh deh urusan sama mereka. Pas ngurus dompet ilang aja, saya pake jalan pintas biar cepet selesainya (ini jangan ditiru ya. Hihi). Pokoknya ga suka banget lah sama polisi, meskipun uda nyoba liat salah satu acara stasiun tv yang nayangin polisi baik- haduuh, tetap aja sama.
Well, back to topik.
Saya buat percakapan aja ya biar enakeun bacanya.
Polisi : surat suratnya mas!
Biya: Ada pak. Tapi minta dulu surat perintah tugasnya.
Hyaaa, biya ini main-main sama pak lopisi. Saya langsung kruwes kruwes tuh pinggangnya.
"haduuh biya, mbok ya langsung ditunjukin aja kenapa. Ini panas, ndang pulang, ndang minum ndang bobok.." pikirku.

Saat aku sedang asik krues krues si biya  , pak polisi dengan sibuknya mencari surat yang diminta. Tanya ke ini lah- ga ketemu, tanya ke itu lah- ga tahu. Haduuh ini polisi gimana sih. Jelaslah operasi ilegal, pemimpinnya aja kagak tau siape.
Lanjut ya, kami akhirnya disuruh turun dari motor. Digiring kepinggir. Whaat? Saya sontak keringat dingin.
"Duh biya, kalau ga macem macem, ga mungkin kek gini"
Kita dipisahkan. Ada 2 polisi nanya nanya ke saya. Sedangkan 5 polisi mengerumuni si biya.
Dengan beberapa ucapan kotor yang keluar dari mulut aparat publik itu, saya hanya bisa mengelus dada.
Saya dicerca pertanyaan beruntun.
Itu suaminya mbak?
Kerjanya apa sih?
Kuliah dimana?
Sok tau banget!
Emang dia siapa!
Saya hanya tersenyum polos.
"Tenang pak, kalau bapak ndak salah nyantai aja. Emang gitu kok orangnya".
"Terus ngapain sih mbak nanya-nanya gitu. Kita ini aparat"
Terus? Saya hanya bergumam dalam hati.
Lantas berusaha menjawab (masih) dengan sok lembut "iya, bapak memang aparat. Jadi tenang saja. Suami saya cuma nyambi di LSM kok"
Duh, saya sebenernya ndredek. Etapi liat muka pak lopisi yang langsung merah padam gegara saya bilang LSM, jadinya geli sendiri.
Mereka langsung buyar mengintograsi saya. Saya baru sadar kalau razia motor berhenti gegara saya dan biya. Hihi. Gpp kan ya? Sekalian nyelamatin yang lupa bawa sim atau yang lupa pasang sabuk pengaman gitu
Saya lirik biya. Wuiih, diskusinya ramai ternyata. Saya mencoba mendekat, tapi ga deket deket banget. Teringat si shayma emang sedikit phobia sama polisi. Salah saya sih, tiap mo keluar mesti bilang. "Hayo dedek, pake jaket sama pake jilbab- ntar ditangkep pak polisi lo,". Jadi, si anak otomatis takut gitu. Tapi Alhamdulillah sekarang uda nggak. Semenjak statemen saya ganti "dedek pake jilbab ya, biar disayang Allah. Nanti Allah marah lo".
Nah loh, buat orang tua yang sering nyuruh anaknya pake anceman baiknya dihindari. Pengalaman pribadi saya sih.
Oke, kembali ke topik. Ternyata oh ternyata biya tu apal undang undang perpolisian atau apalah. Nah, di kasus ini biya bahkan uda buat resum dan checklist kelengkapan apa aja yang harus dibawa polisi pas operasi. Pasal sama ayat undang2 nya aja apal. Beuh biya, perasaan ga pernah liat ngapalin gitu-gituan di rumah. Tapi okelah, dalam hati saya kagum. Etapi ga diungkapin, takut doinya ge er. Hihi.
Lanjut ya, tiba di salah satu pasal atau poin, ternyata pak pokisi polisi keren itu melanggar. Nah loh, aparat penegak hukum tapi ga taat hukum. Gimana tuh. Jadi salah satu pasal yang dilanggar mereka adalah terkait pemasangan plang. Kalau di checklist suami sih tulisannya gini "plang operasi diletakkan 50 m dari lokasi pemeriksaan". Wussh, dan ini? 10 meter aja ga nyampe.
Padahal tadi saya liat. Ada bapak-bapak yang ketilang gegara baru pake sabuk pengaman 50 meter dari lokasi tilang. Hihi. Apa apaan ini.
Lanjut ya? Mereka ga mau disalahkan pemirsah. Dan parahnya banyak kata kata kotor keluar dari mulut mereka. Saya yang tadinya takut, berubah seketika jadi pemberani. Hihi. Saya dekati biya. Lhah, mereka malah bilang gini "Udah, tahan aja mereka. Diperiksa ga mau, malah meriksa kita"
Hello pak, kalau kalian benar- plis kenapa takut. Toh diundang undang, kami berhak menanyakan kelengkapan kalian. Kalaupun ditahan, okelaah. Saya tau apa yang nanti akan saya sampaikan. Malah nanti saya bakal punya bahan buat disodorin ke wartawan, dan taraaaa nambah pemasukan buat beli pampers si shayma. Hihi.
Untungnya ada pak polisi yang berusaha menenangkan dikala suasana panas. Hati juga panas tentunya.
Dan dengan PDnya biya bilang "pak, bapak ini penegak hukum. Harusnya sebelum menegakkan hukum, bapak sendiri juga harus taat hukum"
Eh, bapaknya malah muntab dan bilang gini "Maksud mas bilang gitu apa". Dibukalah baju outer ijo muda. Waaah waah, ini polisi ngajak duel? Bukannya ngakuin salah malah nantang. Hwaaa, saya takut beneran kalau gini. Takut kalau biya kena pukul atau apa. Soalnya Ga tau sih biya bisa bela diri apa kagak. 2 tahun nikah belum liat biya bisa silat silat an gitu. Dengan nada keras pak lopisinya bilang gini "mas, saya itu polisi. Saya ga sembarangan diangkat. Pak presiden yang ngangkat saya"
Terus? Saya harus bilang apa pak? Kagum sampe jungkir balik ke jupiter?
Dengan slow, saya bilang gini "pak, mohon maaf, tapi kali ini bapak yang melanggar". Saya cuma iseng-iseng menimpali biar tidak ada pertumpahan darah (kayak apa aja), tapi malah dijawab gini "Wes ta lah mbak, kita hanya melakukan pemeriksaan. Kalau surat surat mbak lengkap silakan pergi. Ga perlu ngurus ini itu".
Hyaa, perkataan macam apa ini. Mengadili tapi ga mau diadili. Heem, apa kata dunia?. Biya langsung nyeletus "Oke pak, untuk membuktikan bapak melanggar atau tidak, kami akan ukur jarak plang dengan lokasi operasi". Hihi. Biya ini aneh. Bawa meteran aja kagak.
Etapi pasca ini, biya bilang kalau bakal bawa checklist, print undang undang, meteran dan kelengkapan lain pemeriksaan. So, hati hati ya pak. Fyu fyu.
Tapi, tanpa diukurpun semua orang juga tau kalau jarak plang itu 10 meter aja ga nyampe. Hadeew.
Eits pemirsah, ada lagi statemen mereka yang lucu. Masak gini "Mas sama mbaknya tadi liat polisi jarak 50 meter dari sini?"
"Iya pak, liat", jawab biya. Si polisi melanjutkan "Polisi disana sudah mewakili plang kita disini mbak".
Haahha, ngakak tapi dalam hati. Ga berani dikerasin, ntar pelanggaran lagi. Heu heu.
Biya lantas menyanggah "Pak, sejak kapan polisi mewakili plang?Ada di pasal berapa, ayat berapa?"
Otomatis mereka diam. Lagian, pembenaran macam apa ini- pikirku dalam hati.
Heem, kalau masih mau diusut- panjang lah. Tapi saya dan biya kasihan sama si shayma. Uda ngantuk keliatannya, daaaan kita menghindari beban psikologisnya. Sedari tadi banyak bentakan dan kata-kata kotor yang dia dengar. Saya kedipin biya tanda emang kita harus mengakhiri kasus ini.
Jalan pintas, biya ngeluarin dompet. Nunjukin semua kelengkapan surat suratnya. Tambah bungkam tu para aparat. Yasudah mas, silakan pergi. Kasian anaknya. Weleh, si shayma dibawa bawa. Okeelah. Meskipun kita juga ingin segera pergi, tetaplah kami pasang wibawa.
"Baik pak, kami pergi sekarang. Tapi masalah ini belum selesai. Mohon periksa kembali kalengkapan sebelum melakukan pemeriksaan", closing statemen yang lumayan bijak dari biya. Daan, heem. Pas kami jalan, Kami coba sapa dam senyum ke mereka mereka. Etapi, mereka cuek aja. Malah lempar muka. Okeelah. Tak masalah bagi kami.
Saya jadi ragu sama polisi polisi baik yang ditanyangin di salah satu stasiun tv. Etapi mungkin emang (ga) ada. Pisss. Cmiiw
-real story- 24/07/2016 (Eka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar