Assalamuallaikum. Tentang kehidupan berkeluarga, lagi-lagi ini bahasannya. Namun saya tak akan pernah bosan membahasnya. Ditengah banyaknya kasus kawin-cerai, saat seseorang tak bisa menempatkan posisi diri, maka tinggal menunggu saja robohnya bahtera.
Kali ini saya ingin membahas dari segi istri. Saya adalah orang yang mempuyai egoisme tinggi dan selalu sakit hati saat pendapat saya tak digunakan- terlepas dari benar atau salah. Beruntunglah saya mempunyai suami yang dewasa meskipun sebenarnya beliau juga orang yang keras kepala. Pertengkaran demi pertengkaran selalu terjadi dalam kehidupan kami saat apa yang saya inginkan belum kesampaian, meskipun itu hanya sekedar pendapat. Sejatinya saya benar-benar melupakan bahwa beliau adalah imam saya- pengambil keputusan tertinggi. Kedewasaan beliau membuat pertengkaran kami redam begitu saja karena pada endingnya beliau yang selalu mengalah, menuruti apa yang saya minta.
Sampai suatu saat beliau mulai berada pada titik jenuh. Ya tentu, layaknya pemimpin yang tidak diakui kepemimpinannya. Perlahan beliau mulai melepas saya, melepas untuk menarik dan mengikat saya lebih kencang. Saya awalnya tak tahu. Selama ini beliau selalu menuruti apa yang saya inginkan, karena beliau tahu apa yang akan terjadi saat kemauan saya terabaikan. Dulu apa yang menjadi pilihan saya, beliau juga ikut menanggung resikonya. Namun tidak saat ini, keputusan yang saya ambil adalah konsekuensi saya sendiri. Toh pada saat lalu saya juga tak mau mendengar pendapatnya. Saya selalu mengunggulkan pendapat saya, dan itulah saya. Saya merasa terabaikan. Namun saya tahu, dia tak pernah berhenti memikirkan saya. Rumah tangga kamipun serasa bukan seperti rumah tangga yang Allah harapkan. Semua hidup sendiri-sendiri, dengan kepentingan sendiri-sendiri.
Alhamdulillah (mungkin) berkat doa beliau, Allah mulai menunjukkan jalan bagi saya. Kehidupan kami mulai berangsur-angsur tenang-damai, apapun masalah yang dihadapi. Istri adalah booster bagi suami, istri adalah tempat melepas penat suami, istri adalah sandaran hangat suami. Jadi para istri, jika kau merasa kehidupan rumah tanggamu mulai tidak nyaman, coba kau koreksi dirimu sendiri.
Apakah kewajiban amalan harian pada Rabbmu sudah kau tunaikan dengan baik?
Apakah kau sudah memahami peran sebagai istri apa saja? Semoga lain waktu saya bisa share.
Apakah kamu sudah menempatkan suamimu sebagai raja, dan kamu abdinya? Pertanyaan ini bukan bermaksud menjatuhkan kaum istri, saya sudah membahasnya pada postingan sebelumnya (sesuai dengan teori psikologi pria)
Apakah kamu selalu meyakini bahwa bahagianya hidupmu berawal dari ridho suamimu? Dan
Apakah kamu selama ini sudah memgang prinsip bahwa suami istri adalah satu tubuh? Jadi kekurangan suamimu adalah kekuranganmu, yang harus kau perbaiki. Jika kau mengumbar keburukan suamimu itu berarti kau mengumbar keburukanmu.
Mungkin itu saja dulu, semoga lain waktu kita bisa sambung lagi. 15/04/2017 (Eka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar