Bismillah. Kuberanikan diri untuk menulis catatan ini. Jakarta, ya jakarta. Kota kedua setelah Malang yang sudah lama menjadi tujuanku di tahun 2014 nanti. S2 FISIP UI tinggal 5cm. Ya benar, tinggal 5cm. Suasana yang lumayan sepi dalam kereta yang melaju kencang diiringi dengan aliran musik soundtrack endlees love menguatkan azzamku untuk melanjutkan perjuangan pendidikanku. Benarlah, beasiswa sudah ditangan. Aku hanya butuh lebih giat belajar dan lulus tepat waktu untuk bisa masuk jalur SIMAK UI.
Sebenarnya ini bukan pertama kali aku jakarta. Ini kelima kalinya aku kesana. Entah kenapa Allah seolah menggariskan jalanNya agar aku lebih bersahabat dengan kota megapolitan ini. Aku sama sekali tak mempedulikan cerita banyak orang tentang Jakarta. Kota yang keras, panas, penuh tantangan dan penuh perjuangan. Semua hanya butuh waktu. Aku hanya butuh membiasakan diri nanti disana. Bukankah dibalik kesuksesan selalu ada pengorbanan?
Perjalanan pertama ke Jakarta kunikmati dengan rekan-rekan yang sekarang berjuang bersamaku di RKIM, yaitu izzur, adwin, mb lowita dan mb vebby. Sebenarnya tujuan kami bukan ke Jakarta. Tetapi ke Bogor. Namun mau tdak mau kami harus meluangkan waktu sebentar untuk transit ke Jakarta karena pesawat keberangkatan dan kepulangan kami harus takeoff dan landing di Jakarta. Kenangan itu akan selalu menjadi catatan spesial dalam sejarah kehidupanku. Bersama 4 jam di Juanda karena pesawat delay, bingung mencari taksi atau travel karena sampai di bandara soekarno hatta pukul satu malam, tidak kebagian wisma sehingga adwin dan izzur harus tidur di masjid kampus IPB sedangkan aku, mb vebby dan mb lowita di wisma ammarilis bogor, terjebak macet karena ada aksi mahasiswa dan kehujanan di terminal menunggu Damri. Kenangan dan perjuangan mencari ilmu dalam simposium nasional kepemudaan itu akan selalu melekat erat dalam ingatanku. Bukankah apa yang kita dapatkan kemarin sebanding dengan kelelahan kita disana? Semangat kawan, kita akan berjumpa kembali dipuncak kesuksesan. ^^
Perjalanan keduaku ke Jakarta terjadi saat aku harus ke Depok, UI mengikuti kompetisi. Disana aku menemui rekan seperjuangan. Ya, dia adalah sahabatku. Namanya Resti. Teringat saat dia menjemputku di stasiun UI, rela menungguku kurang lebih 2 jam karena aku salah bocking tiket pesawat, mengikuti kemauanku yang saat itu ingin sekali naik bis kuning UI, mengajakku jalan-jalan ke mall sekitar margonda padahal kutahu dia sangat lelah karena aktivitas seharian di kampus, menemaniku shopping untuk membeli beberapa kebutuhan akhwat. Dan kenangan pencopetan di angkota yang kita naiki menjadi sensasi tersendiri saat itu. Oh ya, angkota di Jakarta sangat berbeda dengan Malang, kota pendidikanku sekarang ini. Hemmm, disana persaingan angkot ketat. Jadi wajar kalau ugal-ugalan dan sedikit nakal. Resti mungkin sudah terbiasa menghadapi hal seperti itu. Beda denganku, aku benar-benar syok saat itu. Balap angkot, hemmmm keren sih tapi serem juga. Malamnya kita sharing-sharing tentang pernikahan. Ya, rekanku yang satu ini akan segera menikah. Dia mengajariku banyak hal. Menikah muda. Aku juga ingin sebenarnya. Namun, keinginanku tak sekuat keberanianku. Apalagi keluarga sudah mempersiapkannya. Ya, tinggal menunggu tanggal mainnya saja. He he.
Resti, dia menunjukkanku satu rak koleksi bukunya tentang pernikahan. Keren sekali, persiapannya sunggguh matang. Tak seperti aku yang masih terkesan setengah-setengah dalam menggenapkan separuh agama. Hu hu. Tapi tak apalah, Allah sudah mempunyai cara tersendiri untuk men-tarbiyah diriku. Resti sangat baik, meskipun saat itu kusayangkan karena dia tak bisa menemaniku saat detik-detik aku meninggalkan Jakarta. Dia harus menunaikan kewajibannya yang lain. Tak apalah, kebaikan dia meminjamiku uang ATM untuk bocking tiket pesawat sudah cukup. Ya, aku baru sadar bahwa aku sudah tak mempunyai saldo ATM saat itu, hanya uang cash. Padahal tiket pesawat online harus dibayar dengan transfer. Selain itu, dua buku pernikahan yang dia pinjamkan kepadaku sudah lebih dari cukup. Terimakasih Resti,, Semoga Allah segera mempertemukanmu dengan seorang yang mampu menjaga izzahmu.
Perjalanan ketigaku ke jakarta adalah saat DIKTI memanggilku untuk presentasi program, disusul perjalanan keempat terjadi saat aku harus mengikuti orasi keilmiahan di gedung kementrian kehutanan dalam rangkaian acara Dua Dekade Dompet Dhuafa, dan kepergianku kali ini adalah perjalananku ke jakarta yang kelima kalinya. Penuh sensasi. Jangan tanya acara apa, rahasia. Kita lanjutkan di catatan selanjutnya...... -to be continued- 08/12/2013 (Eka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar