Bismillah,
Di penghujung tahun 2013 saya mencoba menuliskan beberapa kalimat mengenai seseorang. Seseorang yang selama ini membersamai saya di kepengurusan lembaga keilmiahan di Brawijaya. Sosok pemimpin yang mengajarkan saya belajar dan mengerti tentang arti kehidupan. Kedekatan kepada Rabbnya itu menjadi hal yang utama. Mungkin tidak pantas jikalau saya yang menulisnya, karena saya juga manusia biasa yang tak pernah lepas dari kekhilafan. Hanya Allah sebaik-baik penilai. Mata, kaki dan tangan saya banyak sekali melakukan kesalahan. Semoga catatan ini bisa menjadi kado kecil untuknya di akhir kepengurusan kita. ^^
Subhanallah, Allah mempertemukan saya dengan orang hebat ini. Tulisan Ini, tak ada maksud sama sekali. Hanya sebagai ingatan saat saya tua nanti, saat pikiran ini sudah tak mampu berpikir lancar, dan saat daya ingat sudah semakin melemah.
Izzur Rozabi, saya mengenalnya sebagai sosok pemimpin hebat. Pemimpin yang bangga dengan jati diri islamnya. Pemimpin yang dengan berbagai bentuk kesederhanaannya. Sosok pemuda yang kuat menggapai cita-cita dan tangguh memperjuangkan masa depannya. Ini bukan pujian, apalagi pencitraan. Karena sungguh, pujian adalah hal kecil yang menjatuhkan dan sungguh popularitas merupakan senjata ampuh untuk merusak keikhlasan.
Namun darinya, saya belajar banyak hal. Belajar untuk mampu menghargai orang lain, belajar untuk tetap berprasangka baik dengan orang lain, belajar tentang keikhlasan dan belajar tentang bagaimana memperjuangkan kehidupan untuk mencapai masa depan. Terimakasih telah membersamai saya selama satu tahun kepengurusan ini. Menyamakan ritme gerak untuk membesarkan lembaga keilmuan di kampus perjuangan, Brawijaya.
Maaf, saat saya belum bisa menjadi rekan yang baik. Rekan yang mampu mengimbangi gerak antum dan menyamai pola pikir antum. Namun inilah dinamika organisasi. Bagaiamana menyatukan perbedaan untuk melakukan pengelolaan, bagaimana membenturkan kepentingan untuk menuju satu kesamaan, dan bagaimana menyatukan keegoisan untuk mencapai satu tujuan, semoga Allah senantiasa membersamai antum dalam langkah-langkah antum. 31/12/2013 (Eka)
Senja yang tak bersahabat
Terkadang menggoreskan luka
Tak ada yang bisa tahu bagaimana warnanya
Jika itu hanya terkaan
Apalagi dugaan
Tutuplah dengan sang awan
Dia masih punya mega
Yang ratusan orang memujinya
Madiun, 31 Desember 2013
07.25AM
EKA RESTIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar