Kenapa masa depan menyimpan misteri, karena disanalah kita belajar merencanakan, berikhtiar, berharap, cemas dan ujungnya KehendakNya lah yang menentukan

Sabtu, 04 Januari 2014

Belajar Menjadi Pembelajar Kehidupan

Bismillahirrahmanirrahim. Subhanallah adik. Apa kabar? Semoga Allah senantiasa mengiringi langkah-langkah adik dengan segala bentuk kebaikan. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih sudah berkenan mampir ke blog saya – blog seorang yang masih belajar. Blog seorang yang masih mencari jati dirinya. Terimakasih sudah message saya, mempercayai saya untuk membagikan sedikit ilmu yang saya punya. Sungguh, hanya Dia sebaik baik pemilik ilmu. Semoga ini bukan pujian yang nanti akan melenakan saya kepada suatu pencitraan yang justru merusak keikhlasan.

Adik, percayalah selalu ada perjuangan dibalik kesuksesan. Semua tidak instan, sekali lagi semua tidak instan. Semua butuh proses. Kegagalan, pasti. Namun kegagalan itu yang memberikan pembelajaran bagi saya.
Hakikat kehidupan itu adalah pembelajaran (Agus Sugito-SPV Beastudi Etos Semarang). Bagaimana kita tahu kalau kita telah sukses menjadi pembelajar kehidupan? Jawabannya adalah “Saat kita merasa diri kita semakin bodoh”. Adik sayang yang semoga Allah juga menyayangimu dengan segala bentuk karuniaNya, Prestasi itu tidak dinilai dengan banyaknya sertifikat yang diperoleh, banyaknya piagam yang didapatkan, banyaknya piala yang dibariskan di meja kamar atau hal-hal lain yang kasat mata. Prestasi merupakan penghargaan untuk diri sendiri. PENGHARGAAN KARENA SUDAH MAMPU MENGATASI KETERBATASAN KEHIDUPAN. Mengatasi rasa malas, mengatasi boros waktu, mengatasi kelemahan kita. Itu hakikat prestasi yang sebenarnya. Kalau dalam obat, prestasi itu hanya efek samping :).
Saya bukan motivator yang mampu memberikan motivasi hebat seperti Mario Teguh. Namun saya punya keinginan besar agar mampu menginspirasi orang sekitar. Adik sayang, selama ini saya selalu meyakini “Setiap amal dituntut waktunya dan setiap waktu dituntut amalnya”. Saya juga teringat pesan seseorang “Berorientasilah pada #produktif, bukan pada #prestatif” (Maman Abdurrahman-Presiden BEM UI 2011). Jangan pikirkan seberapa banyak material yang didapatkan, namun seberapa banyak kebermanfaatan yang engkau berikan. Ujian yang terbesar dalam hidup saya adalah ujian keikhlasan. Sekali lagi dik, ujian keikhlasan. Sebagaimana kita tahu, dalam keikhlasan malaikat tidak mampu mencatatnya dan syaitan tidak mampu menggodanya. Itu mengapa bahasan hadits arba’in yang pertama kali adalah NIAT. Sekali lagi luruskan niat. Jangan sampai penyebab terbesar kegagalan kita adalah karena tidak bersihnya NIAT. Prestasi bukan dijadikan sarana takabur, namun sebagai sarana inspirasi untuk menyebar motivasi. Muhasabah itu perlu sayang. Menaikkan kapasitas untuk menjadi pantas (Ust. Amad Syarifudin-MT SDP Beastudi Indonesia). Mungkin itu yang bisa saya bagikan adik sayang, semoga bermanfaat. Selamat bermuhasabah, selamat berkarya dan selamat berakselerasi untuk menggapai prestasi. Pahami apa passionmu – tekuni – aplikasi. InsyaAllah ditujukan untuk kebermanfaatan. Quote terakhir dari saya "Untuk mengetahui ilmu itu bermanfaat atau tidak, cukuplah kau lihat bekasnya. Jika dengan itu kau SEMAKIN TAKUT PADA ALLAH dan SEMAKIN BAIK IBADAHMU, itulah tandanya Ilmumu bermanfaat (Aidh Al Qarni). Wallahu a’lam bi shawab. 04/01/2014 (Eka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar