Akselerasi diri sering kali berawal dengan keluar zona nyaman lalu menemukan kenyamanan pada zona yang tidak nyaman lalu keluar lagi, begitu seterusnya. Orientasi #produktif, bukan #prestatif :)
Sabtu, 30 November 2013
Pelangi untuk Mutiara
Aku tahu bagaimana mereka berjuang. Aku tahu bagaimana mereka berkorban dan aku tahu bagaimana mereka tertawa dan menangis bersama. Yang perlu dipahami adalah bagaimana kita saling memahami dan mengerti serta bagaimana kita saling menyempurnakan satu dengan yang lainnya. Lelah ini seolah hilang saat melihat senyum mereka, penat ini terasa terkikis saat melihat semangat mereka dan beban ini seolah terangkat saat melihat kesiapan mereka untuk berlari membawa tongkat estafet ini. Bukan besar tidaknya acara yang menjadi titik tujuan, namun bagaimana mereka saling mengikat hati. Kekuatan hati yang akan sama-sama membesarkan lembaga ini.
Aku tak tahu bagaimana menebus pengorbanan mereka, aku tak tahu bagaimana mengganti perjuangan mereka dan aku tak tahu bagaimana harus menghilangkan gejolak-gejolak yang muncul seama kurang lebih tiga bulan kita bersama menempuh perjalanan. Namun ini adalah pembelajaran kehidupan. Tentang arti sebuah pengorbanan, kesabaran dan ketulusan. Bahkan sampai hal yang terjadi kemarin mengikis semua harapan, aku masih melihat secercah cahaya kekuatan untuk mengatasi keterbatasan. Semangat adik-adikku. Tak ada pengorbanan yang sia-sia. Dia hanya tersimpan oleh semesta. Salam akselerasi, salam prestasi :) 30/11/2013 (Eka)
Rabu, 27 November 2013
27/11/2013
Dear Diary,
GPS for EM UB. No campaign content in this note. This about honesty. Just for share, A important learning that I gotten from this event yesterday is about team work. The moment that go on until about 2 hours at widyaloka gives me awareness about the borne of strength. Someone won’t never strong when they walked alone. During about 2 weeks when I accompanied him as manager, I’m little bit know about him self. But yesterday, All of looked perfectly. All of weakness can be covered by his performance. Last night, He looked as difference. More powerfull and more charism. Ya, It’s right.
I able to take several conclusion.
There are 2 important things that able to make someone is looked perfectly
beside the talent and potention. First one, is nearness with God so that all of
weakness can be closed by Him. Second one, is supported by all of people
arround him who have similarity purposes, vision and misson - so that he has
strong backup from behind.
Setya Nugraha, someone whom
I don’t know well. But at present, he tries his capabilities for able to stare
at executive. After succesfull took BEM FIA during one year, He carry “GPS” as favorite slogan for expand in
university scope. GPS means ber-Gerak,
Passion, Solutif. The explanation of this
slogan is we always move- based to our passion it self -for give solution on
the problem arround us. Good slogan I guess, :)
Supporting from all of member in his
team (Promotor) that totality in action accompanies him to take estafet stick’s
EM leadership. Good luck Setya Nugraha. Hopefully, You can get the best
that you want. Salam GPS, Salam Promotor, SATU for EM UB. -Salam juga buat
calon yang lainnya :)- (Eka)
Selasa, 26 November 2013
26/11/2013
This weariness have already answered. This surfeit have already eroded. Trying
for walk on life which fulled by learning. The life that never guessed how was
the result. Yesterday, this upgrading had made me really know about
disorder. However, the important think was how you know about who are you
and believe to your self there is lion inside which slept that have to aroused.
There are 3 important things that have to plant to your selves. That is who
are you, why you must survive and what’s your purpose. Understand well about
what’s make you different with each other. At present, only one that have to
done, that is attack. #upzz
Ya, this is a life. A long journey that fulled by sharp grovel. In this
journey, I saw several people who go back at middle way without reason. I’m
trust that they have reason. However, because of no information that’s why the
prejudice appear. A little bit intropection, there is a important learning
about keep our asking. Must be sensitive in select the point. Which one must be
delivered, which one must be kept. Because of when the information which not at
the moment yet was delivered, something that not be predicted will be happen
like my explanation before. That’s about dissension,,,
Wallahu a'lam (Eka)
Senin, 25 November 2013
Politik Kampus, Penting Tidak???
Berbicara mengenai siyasi (politik) dengan satu sisi maka kita mendapatkan jawaban politik itu kotor, dalam agama itu menganjurkan “dakwah” bukan bersiyasi, buat apa lelah memikirkan politik lebih baik memikirkan apa tugas kuliah hari ini, atau untuk apa berpolitik buang-buang waktu saja, perilaku risih pragmatis ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya mahasiswa yang berpartisipasi dalam PEMILWA/ PEMIRA.
Apa itu siyasi ? Untuk apa buat partai mahasiswa ? Apa untungnya punya posisi strategis di HMPS, BEM, DPM, DPM-U, BEM-U, UKM, tidaklah cukup dakwah itu dengan bil-hal, bil lisan, dan bil-qalam saja atau untuk apa bertarung dan melakukan spekulasi-spekulasi memperebutkan pengaruh dari elemen gerakan yang lain, atau apakah tidak cukup berdakwah itu secara sturktural dan fardiyah, bukankah kita sudah dalam posisi nyaman untuk saat ini , . . .
Akan ada beribu-ribu pertanyaan, oleh karenanya perlu orientasi yang jelas tentang paradigma gerak kita dan pembacaan komprehensif mengenai medan realita kampus, Hal itu sangat penting untuk menentukan Taktis dan Strategis sebelum benar-benar mantap untuk masuk dalam kancah politik kampus dan yang lebih penting lagi mendapatkan arah yang jelas dalam bergerak.
Pengertian yang sebenarnya mengenai politik dalam Islam akan membawa pada keteguhan gerak dalam menghadapi segala mihnah yang menghadang. Memahami bahwa siyasah adalah sebuah wasilah untuk tahqiq ahdaf al-da’wah (meneguhkan tujuan-tujuan dakwah). Sehingga politik kotor adalah persoalan mental pelaku, dan bukan strategi perjuangan.
Mungkin sekarang perlu melirik keuntungan memasuki arena politik kampus.
(1) Dengan membuat partai mahasiswa dan aktif dalam kegiatan politik, maka ada kesempatan menyuarakan kepentingan kita dan mayoritas mahasiswa konstituen. Secara praktis, tujuan-tujuan dakwah akan tersampaikan melalui lembaga kemahasiswaan baik di HMPS, BEM, DPM, DPM-U, BEM-U, dan UKM.
(2) Dengan mendudukkan wakil di DPM-U, maka kebijakan kampus dapat kita awasi, kontrol dan rekomendasikan.
(3) Mengawali kultur positif tentang pengelolaan lembaga mahasiswa, dengan mengembangkan kultur jujur dan amanah, maka mahasiswa konstituen akan benar-benar merasa terwakili dan diayomi, disinilah nilai dakwah terinternalisasi.
Untuk memaksimalkan sebuah kemenangan, maka perlu memikirkan strategi yang paling menguntungkan bagi dakwah—dengan catatan tidak terseret dalam gelombang pragmatisme.
Strategi yang sebagaimana digunakan rasul dahulu, yaitu al-tahalluf (koalisi) dengan kekuatan perubah dalam struktur masyarakat. Akumulasi kekuatan perubah akan menjadi pressure group paling efektif.
Dalam siyasah, terdapat manhaj perjuangan di tingkat parlemen. Biasa disebut sebagai musyarakah ijabiyah banna-ah (partisipasi positif konstruktif). Dengan metode itu, maka elemen dakwah yang berpolitik, akan terlibat secara maksimal dalam pemberian masukan bagi eksekutif dan pemberlakuan—atau penolakan—sebuah kebijakan
Ingat akan Thariq di tepi Andalusia yang membakar kapal anak buahnya dan meneguhkan perjuangan di depan mata. Mungkin sekarang saatnya kita teriakkan, “Jangan pernah mundur walau setapak, karena mundur adalah pengkhianatan !”
Wallahua’am bissawab. 25/11/2013 (Eka)
25/11/2013
Dear Diary,
This way, it’s so hard. I don’t know when will be end.
Sometimes I think, Am I Wrong? What should I do. I run alone, although so many
people behind of me. People who support me and always beside me when I’m
confused. I don’t affraid all of challenge in front of me. Perhaps, it’s my
mistake. My act that not fair to each other. This way really make me learn
about the meaning of profesionalism. Don’t judge the people from the cover.
Then, we have to know where we stay, we have to adapt.
I don’t know how about my study. If I
can’t pass ontime, I believe that Allah has good way for me. Step by step, I
start to know that during I’m in here there is so many lesson about life. How
to life in organization, how to survive in society, how to make right our
position in political system. I don’t care what’s the end. Allah will
give the true way for us. And all of that I faced until now is Their scenario.
Always keep our purpose. With all of done in here, I’m be strong. And I believe
that my strength will be used in the future. Retreat it’s not good way. It’s
mean that I’m weak. Go forward, I have been run about 2/3. Just 1/3 and I will
get as our willingness. That is all usefullness for all sides. (Eka)
Minggu, 24 November 2013
3G (Gara-Gara Gigi) part 3
Tepat jam 8 beliau menghubungi dan menjemput di gang depan kontrakanku. Diajaklah aku kembali ke poli UB. Sebenarnya aku takut bertemu dengan dokter yang biasa menanganiku. Baru datang kemarin, eh datang lagi. Ga percayaan banget sih sama analisa dokter. Bukan ga percaya dok, tapi sakit banget nih gigi. Hmm, ga boleh gengsilah. Mb Zhilapun meyakinkanku untuk pengecekan ulang. Toh itu hak pasien. Diajaklah aku ke poly gigi, lantai 2. Tempat dimana ko'as praktik. Sekitar jam 9 aku sudah berada pada meja registrasi dan singkat cerita mbak zhila mulai menanganiku. Mengecek kerusakan pada gigiku satu demi satu. Cukup lama dan cukup banyak alat yang masuk pada mulutku. Bahkan aku melakukan 2 kali rongen karena yang pertama gagal, kerusakan akar tak terlihat sehingga harus difoto ulang. Sepertinya mb zhila dan temannya juga bingung menganalisa kerusakan pada gigiku. Pengecekkan dilakukan kurang lebih selama 3 jam berjalan, baru aku ditangani langsung oleh dokter spesialis konservasi gigi, dokter chacha. Ya benarlah, dokter chacha tak mau menangani saat catatan mb zhilla tak lengkap. Hehe, hanya bisa bersabar dan bertahan menunggu catatan mb zhilla. Saat ditangani dokterpun, beliau harus bolak-balik ke ruanganku,. Bagaimana tidak, mb zhilla tak menyedikan kelengkapan alat-alat dengan baik. Sehingga dokter itupun jadi uring-uringan ga jelas. Sedikit galak sih, cantik. Namun aku percaya bahwa galaknya demi kebaikanku. Setelah dicek, dokter menyampaikan bahwa gigiku harus dibedah, lebih tepatnya di"insisi". Berjalanlah operasi gigi selama kurang lebih 45 menit tanpa diberikan bius. Aku harus menahan rasa sakit itu, karena hampir saja dokter chacha tak mau menanganiku saat aku menunjukkan ekspresi kesakitan. Ya memang, karena setauku dalam kode etik dokter tidak boleh ada penanganan pada saat pasien kesakitan. Operasi itu benar-benar membuatku depresi. Namun rasa sakit itu sedikit berkurang setelah aku di"insisi". Dokter menyampaikan bahwa kerusakan sudah mencapai percabangan akar. Itu berarti keseluruhan akar gigiku sudah terinfeksi. Karena infeksi berada didalam dan tertutup, akhirnya terjadi peradangan yang cukup parah. Setelah dibedah, dikeluarkanlah darah, nanah dan gas radang dari gigiku. Ternyata hal itulah yang membuatku sakit selama ini. Pilihanku untuk menahan rasa sakit saat dioperasi sebanding-lah dengan hasilnya. Namun diakhir operasi aku harus meneteskan kembali air mata. Dokter chacha menyatakan bahwa giiku sudah tak bisa lagi dipertahankan, diprediksi sudah muncul polip dan gigi sudah tak bisa lagi menopang karena sudah sedikit goyang. Finally, aku harus mencabut semua gerahamku. Harapan yang diberikan dokter Rofi untuk merawat gigiku kandas begitu saja. Tak apalah, jika itu yang terbaik...... -to be continued- 24/11/2013 (Eka)
Senin, 18 November 2013
Belajar dari Tsabit bin Ibrahim
Well, itu namanya 'ghashab'.
Secara harfiah, ghashab adalah mengambil sesuatu secara paksa dengan terang-terangan. Sedangkan secara istilah, ulama bermacam-macam mendefinisikannya. Mazhab Hanafi mendefinisikan ghashab sebagai mengambil harta orang lain yang halal tanpa izin sehingga barang itu berpindah tangan. Mazhab Maliki mendefinisikan ghashab sebagai mengambil harta orang lain secara paksa dan sengaja, tetapi tidak dalam arti merampok. Sementara mazhab Syafii dan Hanbali memaknai ghashab sebagai penguasaan terhadap harta orang lain secara sewenang-wenang atau secara paksa tanpa hak. Secara “terang-terangan” menunjukkan perbedaan ghashab dengan mencuri. Mencuri dalam arti ghashab tidak hanya barang tapi juga manfaat barangnya, termasuk di dalamnya meminta dan meminjam tanpa izin pemilik aslinya, sekalipun dikembalikan. Padahal didalam Islam sendiri di anjurkan untuk selalu meminta izin kepada yang punya barang ketika hendak meminjam dan memakainya kecuali kalau kita dipinjami.
Didalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ada sebagian dari ummat Rasulullah SAW yang dibangkitkan oleh Allah dari Alam Kubur ketika hari kiamat dengan tangan terbelenggu ke bawah lalu salah satu sahabat bertanya "Siapa mereka Ya Rasulullah?" kemudian Nabi menjawab : mereka adalah orang yang suka melakukan ghashab yaitu orang yang meminjam dan memakai barang milik orang lain tanpa seizin yang memiliki barang."
Mungkin bagi yang meminjam barang agak tenang-tenang saja padahal menurut hadits diatas orang-orang seperti itu ketika hari kiamat akan dibangkitkan oleh Allah dengan tangan terbelenggu ke bawah. Na'udzubillahi Mindzaalik. Maka akan lebih baik bila ingin meminjam dan memakai barang milik orang lain meminta izin dulu pada pemiliknya.
Bila dari permintaan izin yang diajukan si pemilik barang tidak memperbolehkan barangnya untuk dipinjam maka bukan berarti itu pelit, mungkin dia masih butuh.
Boleh saja kita meminjam dan memakai barang milik orang lain tapi dengan catatan harus meminta izin dulu pada yang punya barang dan bukan dengan jalan asal pakai, apalagi tidak dipulangkan atau dikembalikan. Bila masa pinjam sudah selesai pulangkan atau kembalikan barang pinjaman tersebut kepada yang punya barang karena siapa tahu dia juga membutuhkan.
Ada sebuah kisah bagus nih tentang sahabat Rasulullah SAW, Tsabit bin Ibrahim. Gini ceritanya, Seorang lelaki yang sholeh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan.
Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berfikir panjang dipungut dan dimakanlah buah apel yang lezat itu, akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat izin pemiliknya.
Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar meninta dihalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki.
Maka langsung saja dia berkata, "Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap anda menghalalkannya".
Orang itu menjawab, "Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan menjaga dan mengurus kebunnya".
Dengan nada menyesal Tsabit bin Ibrahim bertanya lagi, "Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkannya apel yang telah ku makan ini."
Pengurus kebun itu memberitahukan, "Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalan sehari semalam".
Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, "Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa izin pemiliknya. Bukankah Rasulullah s.a.w. sudah memperingatkan kita melalui sabdanya: "Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka"
Tsabit bin Ibrahim pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata,
"Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah ku makan itu?"
Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, "Tidak, aku tidak boleh menghalalkannya kecuali dengan satu syarat."
Tsabit bin Ibrahim merasa khawatir dengan syarat itu kerana takut ia tidak dapat memenuhinya.
Maka segera ia bertanya, "Apa syarat itu tuan?" Orang itu menjawab, "Engkau harus mengawini putriku !"
Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, "Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu?"
Tetapi pemilik kebun itu tidak mempedulikan pertanyaan Tsabit bin Ibrahim. Ia malah menambahkan, katanya,
"Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!"
Tsabit bin Ibrahim amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berfikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai isteri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya?
Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, "Selain syarat itu aku tidak akan menghalalkan apa yang telah kau makan !"
Namun Tsabit bin Ibrahim kemudian menjawab dengan mantap,
"Aku akan menerima pinangannya dan perkawinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul 'alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta'ala".
Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkahwinan selesai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui isterinya.
Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berfikir akan tetap mengucapkan salam walaupun isterinya tuli dan bisu, kerana bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam, "Assalamu"alaikum..."
Tak disangka sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi isterinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu, dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi isterinya itu menyambut uluran tangannya.
Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. "Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula", Kata Tsabit bin Ibrahim dalam hatinya.
Tsabit bin Ibrahim berfikir, mengapa ayah mertuaya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ?
Setelah Tsabit bin Ibrahim duduk di samping isterinya, dia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa?"
Wanita itu kemudian berkata, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah".
Tsabit bin Ibrahim bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli, mengapa?"
Wanita itu menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah.
"Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?" Tanya wanita itu kepadaTsabit bin Ibrahim yang kini sah menjadi suaminya.
Tsabit bin Ibrahim mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan isterinya. Selanjutnya wanita itu berkata,
"aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh kerana kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang boleh menimbulkan kegusaran Allah Ta'ala".
Tsabit bin Ibrahim amat bahagia mendapatkan isteri yang ternyata amat soleh dan wanita yang memelihara dirinya.
Dengan bangga ia berkata tentang isterinya, "Ketika kulihat wajahnya... Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap".
Tsabit bin Ibrahim dan isterinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia, Beliau adalah Al Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit. 18/11/2013 (Eka)
3G (Gara-Gara Gigi) part 2
Dokter itupun memberikan dua buah obat kepadaku, yaitu clyndamisin dan asam mefenamat. Kulihat dosisnya, tak tanggung-tanggung dokter itu menyampaikan. Clyndamisin 300mg harus terminum sehari empat kali sedangkan asam mefenamat harus diminum seperti layaknya makan, tiga kali sehari.
"Giginya sudah infeksi, tapi masih bisa dirawat. Jadi tak perlu dicabut. Karena kalau dicabut nanti adik akan kesulitan untuk mengunyah. Bisa sih, namun pake gigi pasangan. Dan itu banyak sekali kelemahannya". Dokter itu memberikan tausiyah singkat kepadaku. Oh tidak, aku tak ingin nasib gigi geraham kananku sama seperti saudaranya. "Ya dok, dirawat saja. Saya juga tak mau gigi pasangan" jawabku sambil meringis menahan sakit. "Baiklah, obat ini dihabiskan. Kalau sudah habis kesini lagi."
Pulanglah aku dengan sedikit lega karena gigiku masih bisa diselamatkan. Dengan semangat, kuminum obat yang diberikan sang dokter. Gigiku gak reda nyerinya, namun semakin bertambah dan sakit itu memuncak saat menjelang tidur. Aku hanya bisa berguling-guling tak karuan pada tempat tidurku ditemani beberapa bonekaku. Duh, ini obat apa? Mulailah aku 'kepo' dengan obat-obatan tadi melalui mbah google. Dan ternyata, tidaaaaaaaaaaaaaaaakkkkk .... >_< -to be continued- 18/11/2013 (Eka).
3G (Gara-Gara Gigi) part x
Berhadapan dengan beliau, aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya kusampaikan bahwa obat yang beliau berikan telah kuminum habis, meskipun tak sempurna. Ya, sehari harusnya empat kali minum hanya aku jadikan tiga kali. Itupun tak pernah ontime. Biarlah, kan yang penting habis, :p.
Saat drg Rofi menyuruhku ke kursi panas, aku merenung. Tanganku sangat dingin. Kugerak-gerakkan agar tak nampak gugupku. Namun sepertinya beliau tahu. “Takut ya?, udah gak papa”. Hmm, mau gimana lagi. Kuikuti semua instruksinya dan beberapa alat sukses masuk kedalam mulutku. Endingnya adalah “bagian dalam masih bengkak, jadi belum bisa dicabut. Dikasih obat lagi aja ya?”. Yup, aku menarik nafas panjang, menandakan lega.
Satu hal lagi yang membuatku kaget. Dokter itu menanyakan apa aku sudah nikah. Kukerutkan keningku. Apa hubungannya antara nikah dan gigi? Tapi ya sudahlah. Aku bergegas keluar, tak lupa kuberikan senyum terindahku untuknya menggantikan cemberutku saat masuk tadi. Judul ini akan segera kurubah part-nya setelah nanti aku lengkapi part-part sebelumnya. Soalnya udah terlanjur ngetik di poli tadi, sayang kalau gak di posting ^^. -to be continued- 18/11/2013 (Eka)
Minggu, 17 November 2013
Belajar Profesionalisme dari Seorang Bin Man
Hari pertama, Bin Man yang berasal dari london yang bernama Wilburd tiba di Jakarta dan dia disambut dengan hangat oleh Udin (tukang sampah di Jakarta). Kemudian Udin menjelaskan alat-alat yang digunakan sehari-hari untuk mengambil sampah di perumahan mewah. Ketika diperlihatkan sebuah gerobak yang digunakan oleh Udin, Wilburd tertawa karena dia heran bahwasanya alat yang digunakan untuk mengambil sampah berbeda dengan apa yang dia gunakan di London. Alat yang digunakan Udin hanya berupa gerobak butut.
Hari esoknya, Udin memberi arahan kepada Wilburd mengenai pekerjaan dan kemana saja dia harus mengambil sampah di perumahan mewah. Ketika Udin membersihkan sampah di selokan yang kotor, Wilburd tidak percaya bahwa membersihkan selokan juga merupakan tugas Bin Man di Jakarta. Wilburd berkata kepada Udin : "Mengapa membersihkan selokan juga merupakan tugas Bin Man disini?". Udin menjawab : "Mereka sudah membayar ke pihak RT/RW mereka, kalau mereka lihat masih kurang bersih mereka bisa melapor ke pihak RT/RW. Orang kaya seperti mereka mana ingin tahu bagaimana orang-orang yang memungut sampah melakukan pekerjaannya. Mereka hanya ingin tau bersih dan rapi saja".
Setelah beberapa hari, Wilburd menggantikan pekerjaan Udin selama satu hari full. Wilburd melakukan pekerjaan Udin dengan rasa senang dan bertanggung jawab. Satu hari sebelum Wilburd kembali ke London, dia berbicara kepada Udin : "Mengapa kamu mau melakukan pekerjaan sebagai Bin Man seperti ini?”. Udin menjawab : "Seandainya saya bisa memilih pekerjaan, saya akan memilih pekerjaan yang layak untuk saya dan keluarga saya. Namun, saya harus bersyukur atas apa yang Allah berikan untuk saya dan saya tidak boleh putus asa karena pekerjaan ini".
Bersikap profesional dalam melakukan pekerjaan, bersyukur dalam setiap apa yang telah diberikan-Nya merupakan pesan moral yang bisa saya dapatkan dari cuplikan video tersebut. Begitu juga dengan sikap Wilburd, Bin Man dari London. Dia bekerja dengan profesional, bahkan bisa mengerti kondisi keluarga Udin. Dia simpati dengan Udin karena situasi pekerjaan yang sama namun banyak sekali perbedaan dari segi fasilitasnya.
Kesimpulan setelah saya melihat video “Toughest Place to be a Bin Man“ ini adalah pekerjaan baik harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab, mempunyai jiwa profesionalisme, dan tidak boleh berputus asa. Sikap yang baik menunjukkan salah satu bentuk profesionalisme. Makna Profesionalisme dapat diartikan bagaimanapun situasi kita, baik dalam fasilitas yang cukup baik atau kurang baik, kita tetap melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab.
Profesionalisme (profésionalisme) itu sendiri adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987). 17/11/2013 (Eka)
Berlatih Hal Kecil, Hemat Listrik Yuk,,
Menghemat listrik adalah suatu kegiatan yang dapat membuat konsumsi energi listrik menjadi berkurang dengan berbagai cara. Selain listrik, kita perlu juga berhemat air yang kita dapat dengan cara membayar (PAM) maupun yang kita raih dengan cara gratis (sumur bor) atau pun yang lainnya.
Rumah tangga memiliki kontribusi yang sangat besar pada konsumsi energi listrik. Karena itu penghematan listrik di rumah tangga tentu akan sangat memberi efisiensi yang sangat besar. Selain itu penghematan energi listrik juga akan menghemat pengeluaran kantong pada anggaran keluarga. Daripada untuk bayar listrik, mending dananya digunakan untuk liburan keluarga atau tabungan pendidikan, bukan?
Dampak dari pemborosan energi listrik, air dan sumber daya lainnya umumnya bersifat negatif serta akan memberikan kerugian bagi kita semua di masa yang akan datang. Di tengah masih banyaknya masyarakat yang belum menikmati listrik, suatu fakta yang ironis bahwa sebagian masyarakat yang lain belum menunjukkan kepedulian yang maksimal akan arti penting listrik dan arti penting menjaga keberlanjutan pasokannya. Salah satu di antaranya tercermin dari sikap hidup boros dalam menggunakan energi listrik. Ketidakefisienan ini pula yang antara lain ikut mendorong terjadinya padam listrik.
Efisiensi yang kita butuhkan kini bukan hanya mematikan alat yang tidak sedang terpakai. Kita membutuhkan sebuah perubahan perilaku yang mendasar, atau yang biasa disebut sebagai budaya hemat listrik. Artinya kita harus mulai jeli pada peralatan listrik yang kita pakai sehari-hari. Misalkan mulai pilih peralatan hemat energi. Walau sedikit mahal, banyak manfaat yang bisa Anda dapatkan di kemudian. Tak hanya untuk Anda, tapi untuk semua manusia.
Isu global yang pernah menghebohkan dunia adalah gejala global warming. Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C(1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
Global warming dipicu oleh aktivitas menusia akibat gas efek rumah kaca salah satu hal yang banyak digunakan manusia adalah listrik. Sejak awal ditemukannya, listrik telah berkontribusi banyak dalam kehidupan manusia. Peranannya beragam, mulai dari fungsi sederhana seperti untuk penerangan, hingga dapat digunakan sebagai media transmisi data untuk keperluan telekomunikasi. Seperti motto PLN, listrik memang menjadikan hidup manusia jauh lebih baik. Secara tersirat, motto tersebut mengimplikasikan bahwa listrik sedikit banyak turut mengambil peran dalam hal memajukan sebuah bangsa. Bagaimana tidak, hampir semua media pembelajaran dan sumber informasi menggunakan listrik sebagai sumber energinya. Data rasio elektrifikasi PT. PLN (Persero) menunjukkan bahwa rasio elektrifikasi Indonesia saat ini telah mencapai mencapai 62%. Penggunaan listrik yang cukup tinggi terutama di pulau jawa dan bali jumlah total pelanggan PLN hingga 2009, sebanyak 39,12 juta pelanggan , sedangkan pelanggan pada 2008 sebanyak 38,62 juta pelanggan.
Peningkatan jumlah pengguna listrik terus meningkat, namun jumlah energi yang terbatas mengharuskan kita untuk berhemat. Seperti yang kita ketahui bahwa sumber daya energy di bumi jumlahnya terbatas, sementara kebutuhan akan listrik terus meningkat jika kita menggunakan energy secara berlebih akan mengganggu kelangsungan hidup alam ini, untuk itu haruslah ada solusi yang tepat dalam menangani permasalahan ini.
Earth Hour
Salah satunya dengan kampanye global WWF (World Wide Fund for Nature/World Wildlife Fund), Earth Hour pernah diselanggarakan mulai pukul 20.30 WIB sampai pukul 21.30 WIB. Kegiatan bertujuan menghemat energy dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang digalang oleh LSM global WWF bukan hanya menghasilkan penghematan listrik di Jawa-Bali saja. Di Sumatera, kampanye ini juga bisa mengurangi daya listrik sebesar 100 MW, atau senilai Rp 200 juta. Untuk itu hematlah listrik untuk kelangsungan bumi yang kita cintai bersama. Yang Penting Hemat!!! 17/11/2013 (Eka)
Berilah, Selagi Kamu Masih Bisa Memberi
Teringat saat aku melalui perjalanan dari Madiun, kota asalku menuju ke kota pendidikanku, Malang. Disana aku singgah sebentar pada salah satu terminal yang tidak terlalu besar. Tepatnya di daerah Jomang. Kulihat seorang bapak setengah baya menjajakan makanan khas daerahku dan kebetulan memang saat itu aku melupakan satu hal yang penting, yaitu oleh-oleh. Sebenarnya ibuku telah menyiapkan oleh-oleh untuk adik-adik kontrakanku. Namun karena keegoisanku, aku meninggalkannya di ruang tamu. Aku tak mau ribet bawa barang banyak nan berat.
Saat bus itu tepat di terminal, aku terlena dengan banyaknya pedagang asongan disana. Aku tahu, mereka sangat lelah. Aku tahu mungkin kerja kerasnya seharipun tak cukup untuk menutup biaya hidup mereka. Namun setidaknya mereka masih mau bergerak, mereka masih mau berusaha.
Ada seorang yang mendatangiku untuk menjajakan dagangannya padaku. "Brem mbak, empat ribu". "Tidak pak", itu jawabku. "Dua ribu lima ratus gak papa wes mbak, buat pelaris". Karena aku tak tega, tanpa pikir panjang kuambil dua brem ditangannya. Toh buat adik-adik kontrakan. Bapak itupun langsung pergi. Kemudian ada lagi yang menjajajakan onde-onde kearhku, karena aku tak tega, ya kubeli-lah dua biji dagangannya. Meskipun pada akhirnya aku tak memakannya.
Kini, brem itu tergeletak pada meja makan kontrakanku. Dan aku hanya melihat bergantian tangan mengambil secuil demi secuil. Aku sendiri tak tega untuk memakannya. Kenapa? Ya, aku teringat bapak yang menjajakan. Aku adalah orang Madiun, dan aku tahu benar standar harga brem disana. Bapak itu menjualnya tanpa mengambil keuntungan. Aku menyesal, ya menyesal pada diriku sendiri. Kenapa aku tak merelakan seribu-dua ribu untuk diambilnya. Setidaknya bisa untuk membeli permen anaknya. Ah benar, aku terlalu egois, aku terlalu naif dan aku terlalu sombong. Teringat kata seorang ustadz, berilah saat kamu mempunyai harta berlebih. Astaghfirulloh, semoga Allah mengampuni dosa-dosaku, mengiringi senantiasa langkahku dengan cahayaNya dan menjadikan akhlakku semakin baik. 17/11/2013 (Eka)
Sabtu, 16 November 2013
Jangan Pernah Takut Mengajak Kebaikan
Dalam ayat lain disebutkan, "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi umat manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah" (QS. Ali Imran: 110). Kata amar ma'ruf dan nahi munkar juga bisa ditemukan dalam QS. At Taubah: 71, Al Hajj: 41, Al-A'raf: 165, Al Maidah: 78-79, serta masih banyak lagi dalam surat yang lain.
Bila dicermati, ayat-ayat di atas menyiratkan bahwa amar ma'ruf nahi munkar merupakan perkara yang benar-benar urgen (sangat penting) dan harus diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Secara global ayat-ayat ini menganjurkan terbentuknya suatu kelompok atau segolongan umat yang intens mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kejelekan. Kelompok tersebut bisa berupa sebuah organisasi, badan hukum, partai ataupun kumpulan individu-individu yang sevisi. Mereka yang dengan sadar melakukan hal baik ini tercatat sebagai muslim yang berjihad di jalan Allah swt. Rasulullah saw. bersabda:
”Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kalimat adil (benar, lurus) kepada Sultan atau pemerintah/ pemimpin yang menyimpang”. (HR. Imam Tirmidzi)
Nampaknya di antara kewajiban asasi dalam Islam adalah kewajiban melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Di mana kewajiban ini dijadikan oleh Allah Swt. sebagai salah satu dari dua unsur pokok keutamaan dan kebaikan umat Islam.
Pada dasarnya ma’ruf adalah maa ‘arafahu al-aqlu wasy-syarru’ (sesuatu dianggap ma’ruf bila sesuai dengan ajaran Islam dan akal), sehingga ukuran kebaikan itu tidak terletak pada subyektifitas perorangan. Kita sering mendengar sesuatu baik, akan tetapi tidak jelas baik menurut siapa. ’Baik’ dalam hasanah kajian keislaman adalah baik menurut Allah dan baik menurut akal. Sedangkan al-munkar adalah maa ankara ‘alaihi aqlu wasy-syar’u (sesuatu yang diingkari oleh akal dan Islam). Jadi amar ma’ruf nahi munkar itu dua istilah terminologi dalam Islam, sehingga cara memahaminya harus dikembalikan kepada Islam pula.
Dalam Islam, Allah menganjurkan amar ma’ruf dan nahi munkar, baik kepada laki-laki maupun perempuan. Di dalam konteks rumah tangga, landasan ini menjadi penting untuk membangun relasi kesetaraan di antara keduanya. Di mana ada ketertindasan, di sanalah siapapun wajib membela dan berhak untuk dibela, baik dalam ranah domestik maupun publik. Apalagi sekarang undang-undang telah melegalkan kita untuk melaporkan bentuk kekerasan apapun yang terjadi dalam aspek kehidupan. Dalam kasus kekerasan yang terjadi di rumah tangga, kita bisa menggunakan UU PKDRT No.23/2004, sebagai landasan hukum disamping Alquran dan Hadis untuk menolak kekerasan (an-nahyil munkar). Namun sayang, perempuan dalam keluarga pada tahapan ini, seringkali merasa tak berdaya ketika harus berhadapan dengan superioritas lelaki. Relasi kuasa yang tidak setara antara suami isteri inilah yang menyebabkan perempuan acapkali menjadi korban kekerasan.
Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Maka barangsiapa tidak mampu (mengubah dengan tangannya), hendaklah ia mengubah dengan lisannya, dan barangsiapa tidak mampu (mengubah dengan lisannya), hendaklah ia mengubah dengan hatinya, tetapi yang demikian itu adalah selemah-lemah iman”. (HR. Muslim) Hadis ini dengan jelas menunjukkan bahwa mengubah kemungkaran merupakan kewajiban setiap muslim dan muslimah. Sesuai dengan urutannya, setiap orang hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk menghentikan kemungkaran dengan tangannya. Bila tidak mampu dengan tangan, maka dengan lisannya. Bila tidak mampu juga, maka cukuplah hati kita mengingkari dan menolaknya, bukan justru mendukungnya.
Oleh sebab itu agar menjadi yang terbaik, hendaklah kita berani untuk melakukan perbaikan di segala bidang kehidupan baik dalam rumah tangga maupun sosial di tengah masyarakat. Dengan menjadi umat terbaik, kita bisa memelihara kehidupan manusia dari berbagai macam keburukan dan kerusakan, mulai keburukan ahlak dalam rumah tangga, dunia pendidikan, sampai dalam sistem ekonomi, dan dunia politik. Upaya pemeliharan ini dapat kita lakukan dengan senantiasa menggulirkan amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan ajakan tersebut dapat berlangsung dengan baik, apabila kita memiliki kekuatan dan dukungan yang memadai. Kekuatan dan dukungan ini harus datang dari diri sendiri serta lingkungan, seperti keluarga, sahabat, dan masyarakat sekitar. Selain itu, amar ma’ruf nahi munkar hendaknya dilakukan dengan cara yang ihsan. Agar upaya mengajak kepada kebaikan ini tidak menyinggung perasaan orang lain atau berubah menjadi penelanjangan aib seseorang. Ingatlah ketika Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar berbicara dengan lembut kepada Fir'aun (QS. Thaha: 44).
Akhirnya, Islam sesungguhnya adalah agama yang berdimensi individual dan sosial. Sebelum memperbaiki orang lain setiap muslim, baik lelaki maupun perempuan hendaklah berintrospeksi dan berbenah diri. Sebab penyampaian amar ma'ruf nahi munkar yang baik adalah yang diiringi dengan keteladanan, agar dapat diimplementasikan dalam masyarakat secara berkesinambungan. Wallahu a’lamu bishawab. So kawan, jangan pernah takut ya untuk mengajak kebaikan. 16/11/2013 (Eka)
Persiapan Menyambut Monev PHBD DIKTI 2013
3G (Gara-Gara Gigi) part 1
Dan kini barulah aku merasakan efek dari aku membiarkan gigi geraham kananku menjadi rumah yang nyaman bagi bakteri. Terjadilah pembengkakan yang parah pada tanggal 6 November 2013. Kubiarkan hal itu karena mungkin aku sudah terbiasa melawan rasa sakit pada tubuhku. Namun bengkak itu semakin parah. Aku sudah tak mampu makan lagi, hal tersebut membuat tubuhku semakin lemah. Dan aku sudah tak berani mendatangi puskesmas daerahku. Pasti akan diarahakan ke RSUD lagi. Andai saja mereka tahu bahwa aku sangat trauma dengan rumah sakit karena pernah satu bulan opname pada awal 2011 dulu.
Bermodal rasa sakit ini, aku kembali ke Malang. Banyak sekali urusan yang harus segera kuselesaikan. Namun sakit ini benar-benar tak bisa diajak komproni. Dan endingnya pada hari Rabu 13 November aku diantar adik kontrakan ke poly gigi RSA Universitas Brawijaya....-to be continued- 16/11/2013 (Eka)