Bismillah, kembali lagi ke poli gigi UB. Tapi tak tahu kenapa kali ini aku sangat takut. Hati ini terus saja berdebar. Tak biasanya aku seperti ini. Sebenarnya aku sudah membuat keputusan bahwa aku tidak akan melanjutkan pengobatan di Poli UB. Aku memutuskan untuk menjalani perawatan di lantai 2 bersama para ko’as. Sekali Al-Matsurat tak cukup meredakan grogiku. Sebenarnya aku sudah pernah merasakan cabut gigi sebelumnya dan itu biasa saja. Kenapa? Hanya Allah yang tahu. Namun hari ini berbeda. Pernah aku mencari tahu siapa dokter yang menanganiku. Mungkin dengan sedikit kenal, aku akan lebih dekat dengannya dan lebih rileks. Ya hunting di google, fb dan twitter ternyata tak membuahkan hasil. Mungkin si dokter itu sibuk sehingga tak sempat OL, he he. Hmmmm. Namun aku berhasil menemukan nama lengkapnya. Ya drg Rofi Nurdiansyah. Tak sengaja menemukan beberapa artikel tentang hasil penerimaan tes CPNS. Dan namanya tercantum. Sekarang aku berada di ruang tunggu, depan poli gigi 2 tepatnya, tempat biasa drg Rofi berada. Kucoba menulis bagian ini meskipun bagian-bagian sebelumnya belum selesai, sehingga judulnya adalah “3G (Gara-Gara Gigi) part x”. Berharap dengan menulis akan sedikit meredam rasa takutku. Namun nihil, tetap saja tak bisa disembunyikan. Tanganku sangat dingin. Kutarik nafas dalam-dalam sambil menunggu panggilan. Dan aku yakin setelah ini aku akan dipanggil. Benarlah, oke rekan-rekan saya masuk dulu ya. ^^
Berhadapan dengan beliau, aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya kusampaikan bahwa obat yang beliau berikan telah kuminum habis, meskipun tak sempurna. Ya, sehari harusnya empat kali minum hanya aku jadikan tiga kali. Itupun tak pernah ontime. Biarlah, kan yang penting habis, :p.
Saat drg Rofi menyuruhku ke kursi panas, aku merenung. Tanganku sangat dingin. Kugerak-gerakkan agar tak nampak gugupku. Namun sepertinya beliau tahu. “Takut ya?, udah gak papa”. Hmm, mau gimana lagi. Kuikuti semua instruksinya dan beberapa alat sukses masuk kedalam mulutku. Endingnya adalah “bagian dalam masih bengkak, jadi belum bisa dicabut. Dikasih obat lagi aja ya?”. Yup, aku menarik nafas panjang, menandakan lega.
Satu hal lagi yang membuatku kaget. Dokter itu menanyakan apa aku sudah nikah. Kukerutkan keningku. Apa hubungannya antara nikah dan gigi? Tapi ya sudahlah. Aku bergegas keluar, tak lupa kuberikan senyum terindahku untuknya menggantikan cemberutku saat masuk tadi. Judul ini akan segera kurubah part-nya setelah nanti aku lengkapi part-part sebelumnya. Soalnya udah terlanjur ngetik di poli tadi, sayang kalau gak di posting ^^. -to be continued- 18/11/2013 (Eka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar