Kenapa masa depan menyimpan misteri, karena disanalah kita belajar merencanakan, berikhtiar, berharap, cemas dan ujungnya KehendakNya lah yang menentukan

Minggu, 17 November 2013

Berilah, Selagi Kamu Masih Bisa Memberi

"Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, ALLAH akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, ALLAH akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, ALLAH akan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan ALLAH selalu akan menolong hambanya selama ia menolong saudaranya." (HR. Muslim)
Teringat saat aku melalui perjalanan dari Madiun, kota asalku menuju ke kota pendidikanku, Malang. Disana aku singgah sebentar pada salah satu terminal yang tidak terlalu besar. Tepatnya di daerah Jomang. Kulihat seorang bapak setengah baya menjajakan makanan khas daerahku dan kebetulan memang saat itu aku melupakan satu hal yang penting, yaitu oleh-oleh. Sebenarnya ibuku telah menyiapkan oleh-oleh untuk adik-adik kontrakanku. Namun karena keegoisanku, aku meninggalkannya di ruang tamu. Aku tak mau ribet bawa barang banyak nan berat.
Saat bus itu tepat di terminal, aku terlena dengan banyaknya pedagang asongan disana. Aku tahu, mereka sangat lelah. Aku tahu mungkin kerja kerasnya seharipun tak cukup untuk menutup biaya hidup mereka. Namun setidaknya mereka masih mau bergerak, mereka masih mau berusaha. 
Ada seorang yang mendatangiku untuk menjajakan dagangannya padaku. "Brem mbak, empat ribu". "Tidak pak", itu jawabku. "Dua ribu lima ratus gak papa wes mbak, buat pelaris". Karena aku tak tega, tanpa pikir panjang kuambil dua brem ditangannya. Toh buat adik-adik kontrakan. Bapak itupun langsung pergi. Kemudian ada lagi yang menjajajakan onde-onde kearhku, karena aku tak tega, ya kubeli-lah dua biji dagangannya. Meskipun pada akhirnya aku tak memakannya.
Kini, brem itu tergeletak pada meja makan kontrakanku. Dan aku hanya melihat bergantian tangan mengambil secuil demi secuil. Aku sendiri tak tega untuk memakannya. Kenapa? Ya, aku teringat bapak yang menjajakan. Aku adalah orang Madiun, dan aku tahu benar standar harga brem disana. Bapak itu menjualnya tanpa mengambil keuntungan. Aku menyesal, ya menyesal pada diriku sendiri. Kenapa aku tak merelakan seribu-dua ribu untuk diambilnya. Setidaknya bisa untuk membeli permen anaknya. Ah benar, aku terlalu egois, aku terlalu naif dan aku terlalu sombong. Teringat kata seorang ustadz, berilah saat kamu mempunyai harta berlebih. Astaghfirulloh, semoga Allah mengampuni dosa-dosaku, mengiringi senantiasa langkahku dengan cahayaNya dan menjadikan akhlakku semakin baik. 17/11/2013 (Eka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar